Menelusuri Situs Sejarah di Dusun Klayar

18 Agustus 2020 15:04:52 WIB

Dilansir dari Infogunungkidul, situs prasejarah seperti kubur batu, menhir, fosil tulang, manik-manik, dan batu reruntuhan candi ditemukan masyarakat Padukuhan Klayar, Desa Kedungpoh, Kecamatan Nglipar. Penemuan situs tersebut, sebagai bukti adanya kehidupan jaman prasejarah. Saat ini situs tersimpan di lokasi wisata Klayar.

 

Kepala Dusun Klayar Tejo Suprapto menjelaskan, sedikitnya ada 9 situs yang ditemukan warga masyarakat, diantaranya:

 

Jalan peninggalan era jaman penjajahan jepang romusa.

Kantor mantri londo (RPH) Kenet, yang digunakan untuk penendalian kayu jati untuk diekspor pada jaman Belanda.

Ada 3 pesarean (makam) demang:

– Demang Abu Khasan

 

– Demang Rekso Menggolo

 

– Demang Romo Yudho

 

Altar Mojopahit yang terletak di Rt 06/10, Kenet, Klayar.

Candi Plered

Besalen (Tempat pembuatan keris) ditemukan sisa-sisa bekas tempaan dan serpihan-serpihan besi.

Kubur batu, banyak ditemukan manik-manik jaman dahulu, tulang-tulang yang memfosil, gigi manusia, gerabah, kudi (semacam alat dari besi jaman dulu) dan lain-lain.

Peradaban jaman prasejarah, ditandai dengan banyaknya peninggalan di wilayah Jati Bleduk dan Cakar merak.

7 sendang ( Banyu Sumurup Pitu)

– Sendang Bimo Suci

 

– Sendang Banyu Moto

 

– Sendang Sumur Tapak Bimo

 

– Sendang Banyu Awet

 

– Sendang Ngasinan

 

– Sendang Sumur Sinaban, dan

 

– Sendang Ngrumbut

 

Dituturkan Tejo, semua tempat situs tersebut sudah pernah didatangi para peneliti baik dari Badan Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) DIY, Arkeologi, maupun peneliti dari Universitas Gajah Mada (UGM). Para peneliti rata-rata mengatakan bahwa memang ada peradaban jaman prasejarah ditandai dengan menhir-menhir yang ditemukan. Sertifikat penghargaan terkait penemuan reruntuhan candi yang ditemukan di dekat aliran sungai sumber Banyu Moto, pernah diberikan oleh BPCB DIY.

Untuk menjaga kelestariannya, warga masyarakat khususnya Pokdarwis Klayar berinisiatif mengumpulkan benda-benda cagar budaya di satu tempat. Warga memperkirakan masih banyak benda cagar budaya lain di kawasan hutan seluas 100 hektar tersebut.

Selain itu, Tejo berharap supaya bisa dibuat area khusus untuk menyimpan benda-benda bersejarah ini, sehingga kedepan dapat digunakan untuk penelitian sekaligus sebagai wisata edukasi bagi pelajar dan mahasiswa.

 

Belum ada komentar atas artikel ini, silakan tuliskan dalam formulir berikut ini

Formulir Penulisan Komentar

Nama
Alamat e-mail
Kode Keamanan
Komentar
 

Pencarian

Komentar Terkini

Media Sosial

FacebookTwitterGoogle PlussYoutubeInstagram

Statistik Kunjungan

Hari ini
Kemarin
Pengunjung